Iklan

,

Iklan

.

Sungai yang Mendekat, Rumah yang Menghilang: Warga Cidadap Menanti Kepastian Pascabencana

REDAKSI
Senin, 15 Desember 2025, 19.09.00 WIB Last Updated 2025-12-15T12:09:19Z

 


NASIONAL KINI | SUKABUMI – Derasnya luapan Sungai Cidadap meninggalkan luka mendalam bagi warga Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Banjir dan longsor yang terjadi Senin (15/12/2025) memaksa puluhan warga mengungsi ke SD Negeri Kawungluwuk, sementara rumah-rumah yang dulu dianggap aman kini berada di ambang kehancuran.


Sedikitnya 20 kepala keluarga dari Kampung Sawah Tengah terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka setelah bantaran Sungai Cidadap terkikis hebat dan longsoran tanah mendekati permukiman warga. Dalam waktu singkat, kondisi lingkungan berubah drastis dan menimbulkan kepanikan.


Bencana tersebut juga menelan kerugian besar. Tiga bangunan dilaporkan hanyut terbawa arus sungai, terdiri dari satu bangunan majelis dan dua rumah warga. Material batuan dan derasnya arus memperparah dampak kerusakan.


Khairudin (46), salah seorang warga terdampak, menggambarkan betapa cepat perubahan itu terjadi. Rumah yang selama bertahun-tahun ditempati keluarganya kini berdiri tepat di tepi jurang.


“Dulu jarak sungai masih jauh, sekarang tinggal sejengkal. Malam itu suaranya keras sekali, kami tidak berani tidur,” ujarnya dengan nada penuh kecemasan.



Ia menegaskan rumahnya sudah tidak layak dihuni dan terpaksa ditinggalkan demi keselamatan. Namun keterbatasan ekonomi membuatnya bingung menentukan langkah selanjutnya.

“Mau pindah tapi belum tahu ke mana. Kami butuh kepastian,” katanya lirih.


Dampak bencana tak berhenti di Kampung Sawah Tengah. Banjir dan longsor juga melanda Kampung Babakan dan Kampung Cisarua di Dusun Kawungluwuk. Data sementara mencatat sedikitnya 25 rumah terendam, dengan 15 rumah berada di Kampung Cisarua dan 10 rumah di Kampung Babakan.


Koordinator evakuasi sekaligus guru SD Negeri Kawungluwuk, Sumardiana, menjelaskan air mulai naik selepas Magrib dan mencapai puncaknya menjelang tengah malam. Situasi tersebut memaksa warga dievakuasi ke sekolah yang kini difungsikan sebagai tempat pengungsian sementara.


“Puluhan warga kami evakuasi ke SD Negeri Kawungluwuk. Kondisi saat itu cukup mengkhawatirkan,” ujarnya.


Ia menambahkan, para pengungsi masih membutuhkan bantuan mendesak berupa makanan siap saji, air bersih, perlengkapan bayi, dan selimut.

“Banyak warga datang tanpa membawa apa pun,” tuturnya.


Kini, warga Cidadap hanya bisa berharap adanya langkah cepat dan nyata dari pemerintah daerah, mulai dari normalisasi sungai, evakuasi material batuan, hingga kepastian relokasi bagi rumah-rumah yang sudah tidak aman. Di tengah puing dan genangan, mereka menanti jawaban atas masa depan tempat tinggalnya.


Penulis: Dani Sanjaya Permas

Iklan