Iklan

,

Iklan

.

Berjuang di Ujung Nyawa, Risman Korban Tabrak Lari di Sukabumi Terbaring Kritis Tanpa Biaya Pengobatan

REDAKSI
Jumat, 07 November 2025, 17.55.00 WIB Last Updated 2025-11-07T10:56:55Z

 


NASIONAL KINI | SUKABUMI - Pilu menyelimuti keluarga Risman (31), warga Kampung Cigadog 1, Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Ia kini terbaring lemah di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Palabuhanratu setelah menjadi korban tabrak lari yang terjadi pada Rabu (5/11/2025) dini hari sekitar pukul 01.30 WIB.


Tubuhnya penuh luka, wajahnya lebam, dan kesadarannya menurun. Dokter menyarankan agar Risman segera dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung atau RSUD R. Syamsudin, SH (Bunut) di Kota Sukabumi karena kondisinya terus memburuk. Namun, keterbatasan ekonomi membuat keluarga hanya bisa pasrah.


“Kami tidak sanggup. Biayanya katanya bisa sampai seratus juta. Kami benar-benar tidak punya uang,” tutur Ade Kusmiati, kakak kandung Risman, sambil menahan tangis saat ditemui di RSUD Palabuhanratu, Jumat (9/11/2025).


Ade bercerita, adiknya adalah seorang ayah dari anak-anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Kehidupan mereka sehari-hari pun serba kekurangan. Kini, di tengah derita dan ketidakpastian, keluarga hanya bisa berharap ada keajaiban.



 “Anak-anaknya masih kecil. Kami bingung harus bagaimana. Yang bisa kami lakukan hanya berdoa semoga ada pertolongan dan adik saya bisa sembuh,” ucapnya lirih.


Hingga kini, Risman masih dirawat intensif oleh tim medis. Sementara pihak kepolisian masih menyelidiki pelaku tabrak lari yang meninggalkan Risman begitu saja di jalanan malam itu.


Di balik dinding rumah sakit, keluarga terus berjaga di sisi tempat tidur Risman. Mereka menatap wajahnya yang pucat, berharap setiap tarikan napasnya adalah tanda bahwa ia masih ingin bertahan.


Dalam keterbatasan dan kepasrahan, keluarga Risman kini menggantungkan harapan kepada belas kasih masyarakat dan tangan-tangan dermawan. Sebab di balik setiap tragedi, selalu ada kisah manusia yang berjuang — antara hidup dan mati, antara harapan dan keputusasaan.



Penulis: Dani Sanjaya Permas

Iklan