NASIONAL KINI | SUKABUMI — Perayaan Hari Nelayan ke-68 di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, bukan sekadar pesta tahunan. Bagi Pemerintah Kabupaten Sukabumi, tradisi ini adalah cermin kekuatan budaya pesisir yang berdampak nyata bagi sektor ekonomi dan pariwisata lokal.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Sendi Apriadi, S.STP., M.Si., membuka secara resmi rangkaian acara tersebut pada Sabtu (19/7/2025), mewakili Bupati Sukabumi. Dalam sambutannya, Sendi menegaskan pentingnya mempertahankan budaya maritim yang sudah turun-temurun dijalankan masyarakat nelayan.
“Syukuran ini bukan hanya ritual, tapi juga ekspresi rasa syukur atas hasil laut dan kerja keras para nelayan. Di saat yang sama, ini menjadi sarana memperkuat identitas budaya dan membuka ruang pertumbuhan sektor wisata,” ungkapnya.
Sendi mencatat bahwa sejak April 2025, sudah empat perayaan serupa digelar di kawasan pesisir Sukabumi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat tetap memegang teguh tradisi, sekaligus mulai menyadari potensinya dalam mendukung geliat ekonomi lokal.
Ia juga menyoroti posisi strategis Ciwaru yang berada di kawasan inti UNESCO Global Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. Menurutnya, kekayaan budaya lokal seperti Syukuran Hari Nelayan bisa menjadi daya tarik unggulan wisata kelas dunia jika dikembangkan dengan baik.
“Kegiatan ini berlangsung selama satu minggu penuh dengan ragam pertunjukan budaya. Ini memberi peluang besar bagi pelaku UMKM, wisata, hingga nelayan untuk turut merasakan dampak ekonominya,” jelasnya.
Lebih jauh, Sendi menekankan pentingnya menyelaraskan potensi budaya dengan arah pembangunan daerah. Dalam dokumen RPJMD Kabupaten Sukabumi, sektor pariwisata, budaya, pertanian, dan industri ditetapkan sebagai pilar utama pembangunan ke depan.
“Tradisi seperti ini harus kita jaga dan kembangkan. Di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi, kegiatan masyarakat berbasis budaya bisa menjadi pemicu yang efektif untuk membangkitkan banyak sektor sekaligus,” pungkasnya.
Penulis: Dani Sanjaya Perma