NASIONAL KINI | SUKABUMI - Yayasan Bale Budaya Bambu terus menunjukkan komitmennya dalam mendorong restorasi ekosistem sekaligus penguatan ekonomi berbasis bambu di Kabupaten Sukabumi. Di bawah kepemimpinan Kang Sam Udjo sebagai Ketua Yayasan dan Kang Dudi Darma Bakti sebagai Sekretaris Jenderal, berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengangkat potensi bambu lokal, khususnya jenis bambu petung.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah pendampingan teknis dan pengolahan oleh PT. Mahadevi Project Consultant yang juga dipimpin oleh Kang Dudi Darma Bakti sebagai Direktur. Perusahaan ini mengolah bambu petung melalui teknologi laminasi untuk menghasilkan produk berupa papan, panel, dan balok bambu yang bernilai tinggi.
Anom Yayan, pengelola kebun bambu Yayasan Bale Budaya, mengungkapkan bahwa proses laminasi bambu petung ini telah berjalan memasuki tahun kedua. Menurutnya, meskipun telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, hingga kini belum ada dukungan langsung dari pemerintah terhadap program tersebut.
"Bambu itu pohon yang sangat bermanfaat. Mulai dari akar hingga daunnya bisa dijadikan pupuk, batangnya bisa menjadi material manufaktur, dan potongan-potongan lainnya bisa dibuat menjadi gelas, suvenir, dan produk kreatif lainnya," jelas Anom.
Ia menambahkan, produk laminasi yang dihasilkan memiliki daya tarik tinggi dan berstandar tinggi. Meskipun dipasarkan secara lokal, sebagian besar konsumennya justru berasal dari luar negeri. "Pasarnya memang dibuka di dalam negeri, tetapi mayoritas pembelinya berasal dari luar negeri karena mereka menghargai nilai ekologis dan artistik dari bambu laminasi," imbuhnya.
Selain itu, bambu petung dinilai sangat ramah lingkungan. Ketika ditanam, bambu ini mampu memunculkan mata air, menyerap polusi, dan menghasilkan iwung atau tunas bambu muda yang biasa dikonsumsi dalam budaya Sunda.
Pegiat lingkungan Yan Sebastian, yang akrab disapa Opung, turut mengapresiasi inisiatif Yayasan Bale Budaya. Ia menilai restorasi bambu ini bukan hanya upaya pelestarian, tapi juga solusi masa depan dalam menghadapi krisis lingkungan dan kebutuhan ekonomi masyarakat.
“Saya berharap pemerintah memberikan dukungan nyata, baik dari segi kebijakan, anggaran, maupun akses pasar. Karena apa yang dilakukan oleh Yayasan Bale Budaya ini sudah sejalan dengan semangat pembangunan berkelanjutan,” kata Opung.
Upaya Yayasan Bale Budaya menjadi contoh sinergi antara pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi kreatif yang berbasis potensi lokal. Kini, harapan besar pun disematkan pada peran serta pemerintah dan masyarakat untuk memperluas dampak positif dari gerakan bambu ini di Kabupaten Sukabumi dan daerah lainnya di Indonesia.
Penulis: Ismet